Fenomena Rezim Formalistik-Elitis pada Demokrasi Lokal: Studi Kasus Neo-Patrimonialisme pada Kabupaten Kutai Kartanegara dan Provinsi Cebu

Penulis

  • Artanti Paramesti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
  • Revo Linggar Vandito Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
  • Angelica Maria Diahlaksmita Cahyowirawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
  • Lia Wulandari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

DOI:

https://doi.org/10.33822/jpds.v5i1.8751

Kata Kunci:

Rezim Lokal, Neo-Patrimonialisme, Formalistik-Elitis

Abstrak

Peristiwa kegagalan substansi desentralisasi dan otonomi daerah ini merupakan sebuah permasalahan yang kompleks dan tidak sedikit dihadapi oleh negara di dunia terkhusus pada negara-negara berkembang. Kegagalan substansi salah satunya disebabkan karena kurangnya kapasitas administratif dan finansial di tingkat lokal dimana pemerintah daerah di negara-negara berkembang menghadapi kendala dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan oleh pemerintah pusat. Penelitian ini akan membahas sekaligus membandingkan mengenai bagaimana  relasi dan pola pola neo-patrimonialisme yang memiliki kaitan erat dengan tipologi rezim lokal formalistik-elitis dengan pada 2 kabupaten yakni Kutai Kartanegara dan Cebu di Filipina. Penulis menggunakan metodologi pada penelitiannya yakni kualitatif, dengan menggunakan studi pustaka dan literatur sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pada konteks Kabupaten Kutai Kartanegara dan Provinsi Cebu secara meyakinkan terdapat fenomena neopatrimonialisme dalam tata kelola pemerintahan masing masing wilayah, secara jelas terdapat beberapa bukti yang menunjukan adanya implementasi Neo Patrimonialisme dalam pemerintahan tersebut.

Referensi

Bayo, Santoso, P., & Willy Purna Samadhi. (2018). Rezim Lokal di Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Bratton, M., & Van, N. (1997). Democratic experiments in Africa : regime transitions in comparative perspective. Cambridge University Press.

Coco, A. (2014). Neopatrimonialism and Local Elite Attitudes. Similarities and Differences Across Italian Regions. Territory, Politics, Governance, 3(2), 167–186. https://doi.org/10.1080/21622671.2014.929532

Hadiz, V. (2010). Localising Power in Post-Authoritarian Indonesia: A Southeast Asia Perspective. In Google Books. Stanford University Press. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=U0UkDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PT7&dq=Hadiz

Korte, N. (2011). It’s Not Only Rents: Explaining the Persistence and Change of Neopatrimonialism in Indonesia. SSRN Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.1853406

Maria, E., Halim, A., Suwardi, E., & Miharjo, S. (2019b). Desentralisasi fiskal dan probabilitas terjadinya korupsi: Sebuah bukti empiris dari Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 22(1), 1–22. https://doi.org/10.24914/jeb.v22i1.2036

McVey, R. T. (2000). Money and Power in Provincial Thailand. In Google Books. NIAS Press. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=-gW9Z0-q_xwC&oi=fnd&pg=PR7&dq=McVey+(2000)+thailand&ots=gH4r7K9Jwk&sig=ImvbsKlRG_qsSzMzpzfu5Lq0oCc&redir_esc=y#v=onepage&q=McVey%20(2000)%20thailand&f=false

Mojares, R. B. (1991). The formation of a city: Trade and politics in nineteenth-century Cebu. Philippine Quarterly of Culture and Society, 19(4), 288-295.

Robison, R. (2012). Routledge Handbook of Southeast Asian Politics. Routledge.

Puljek-Shank, R. (2017). Dead letters on a page? Civic agency and inclusive governance in neopatrimonialism. Democratization, 24(4), 670-688.https://doi.org/10.1080/13510347.2016.1206081

Sidel, J. T. (1999). Capital, Coercion, and Crime: Bossism in the Philippines. In Google Books. Stanford University Press. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=0it4S_WGapIC&oi=fnd&pg=PA1&dq=John+T+Sidel+philipines+1989&ots=1r0ThgJSAj&sig=qaWfI7ovwyQo24nUr5NCALl8tXc&redir_esc=y#v=onepage&q=John%20T%20Sidel%20philipines%201989&f=false

Sidel, J. T. (1997). Philippine politics in town, district, and province: Bossism in Cavite and Cebu. The Journal of Asian Studies, 56(4), 947-966.

Sidel, J. T. (2014). Economic foundations of subnational authoritarianism: Insights and evidence from qualitative and quantitative research. Democratization, 21(1), 161-184.

Snyder, R. (1992). Explaining Transitions from Neopatrimonial Dictatorships. Comparative Politics, 24(4), 379. https://doi.org/10.2307/422151

Swamy, A. R. (2016). Can social protection weaken clientelism? Considering conditional cash transfers as political reform in the Philippines. Journal of Current Southeast Asian Affairs, 35(1), 59-90.

Thompson, M. R., & Vincent, E. (2018). Routledge handbook of the contemporary Philippines. Routledge, . Routledge.

Quimpo, N. G. (2005). Oligarchic patrimonialism, bossism, electoral clientelism, and contested democracy in the Philippines.

Wahyuningtyas, I. (2020). Politik Neopatrimonialsime: Pandangan Loyalis Soekarno Mengenai Pencalonan Puti Guntur Soekarno Pada Pilgub Jatim 2018. https://repository.unair.ac.id/99384/1/1.%20HALAMAN%20AWAL.pdf‌

Diterbitkan

2024-02-28

Cara Mengutip

Artanti Paramesti, Revo Linggar Vandito, Angelica Maria Diahlaksmita Cahyowirawan, & Lia Wulandari. (2024). Fenomena Rezim Formalistik-Elitis pada Demokrasi Lokal: Studi Kasus Neo-Patrimonialisme pada Kabupaten Kutai Kartanegara dan Provinsi Cebu . PARAPOLITIKA: Journal of Politics and Democracy Studies, 5(1), 61–82. https://doi.org/10.33822/jpds.v5i1.8751