FAKTOR RISIKO GANGGUAN PARU PADA PEKERJA: TINJAUAN LITERATUR
Abstrak
Pendahuluan: Penyakit paru-paru akibat kerja adalah masalah paru-paru yang terjadi ketika pekerja menghirup partikel, gas, dan uap berbahaya. Berlandaskan data ILO, kasus baru pneumokonosis yang muncul di seluruh dunia setiap tahunnya berkisar antara 40.000 dan di antara semua penyakit akibat kerja, 10% hingga 30% adalah penyakit paru-paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktor risiko gangguan paru pada pekerja. Metode: Penelitian ini menggunakan metode literature review. Sumber data dari literatur ini diperoleh menggunakan platform Google Scholar, Researchgate, dan PubMed. Data penelitian ini diambil dari tahun 2011-2021. Kriteria inklusi yang digunakan adalah full paper, open access, menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia, memiliki ISSN, dan terpublikasi pada 10 tahun terakhir. Sedangkan Kriteria Eksklusi yang digununakan yaitu duplikasi, dan tidak relevan dengan kata kunci. Hasil: Berdasarkan laporan penelitian yang sudah didapat dalam 10 tahun terakhir, ditemukan berbagai faktor yang dapat meninggikan risiko terkena gangguan paru pada pekerja. Faktor risiko gangguan paru pada pekerja dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Simpulan: Faktor risiko gangguan paru pada pekerja yang tidak dapat diubah antara lain umur, jenis kelamin, masa kerja, riwayat penyakit pernafasan, riwayat penyakit tidak menular lain, virus, dan paparan debu. Adapun faktor risiko yang dapat diubah yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, status gizi, dan pengunaan APD.Referensi
Afiani, E., Jayanti, S. dan Widjasena, B. (2016)
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Di
Unit Boiler Industri Tekstil X Kabupaten
Semarang,” Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), 4(3), hal. 372–382.
Akbar, K. A. (2019) “Faktor Risiko Gangguan Faal
Paru Akibat Paparan Formaldehid (Studi
Pada Industri Plywood PT. OPQ di
Kabupaten Lumajang),” Jurnal Wiyata,
(2), hal. 61–72.
Alam, P., Jayadipraja, E. A. dan Surya, R. A. (2019)
“The Relationship between Work Duration
and the Use of Personal Protective
Equipment with Lung Capacity Disorders
The Relationship between Work Duration
and the Use of Personal Protective
Equipment with Lung Capacity Disorders,”
East African Scholars Journal of
Education, Humanities and Literature,
(8), hal. 504–508.
Anes, N. I., Umboh, J. M. L. dan Kawatu, P. A. T.
(2015) “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada
Pekerja di PT.Tonasa Line Kota Bitung,”
JIKMU, 5(3), hal. 600–607.
Ardam, K. A. Y. (2015) “Hubungan Paparan Debu
dan Lama Paparan Dengan Gangguan Faal
Paru Pekerja Overhaul Power Plant,” The
Indonesian Journal of Occupational Safety
and Health, 4(2), hal. 155–166. doi:
20473/ijosh.v4i2.2015.155-166.
Choi, W. Il et al. (2018) “Risk Factors for Interstitial
Lung Disease: A 9-year Nationwide
Population-Based study,” BMC Pulmonary
Medicine. BMC Pulmonary Medicine,
(1), hal. 1–7. doi: 10.1186/s12890-018-
-2.
Darmawan, A. (2015) “Penyakit Sistem Respirasi
Akibat Kerja,” JAMBI MEDICAL
JOURNAL “Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan,” 1(1), hal. 68–83. Tersedia
pada: https://onlinejournal.unja.ac.id/kedokteran/article/view/2
Deviandhoko, Endah, N. dan Nurzajuli (2017)
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja
Pengelasan Di Kota Pontianak,” Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 11(2),
hal. 123–129. doi: 10.30602/jlk.v1i1.100.
Gultom, F., Karhiwikarta, W. dan Hermawan, D.
(2013) “Faktor Risiko Gangguan Faal Paru
Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)
(Studi Kasus di Pelabuhan Panjang Propinsi
Lampung),” Jurnal Dunia Kesmas, 2(3),
hal. 159–166.
Handari, M. C., Sugiharto dan Pawenang, E. T.
(2018) “Karakteristik Pekerja dengan
Kejadian Gangguan Fungsi Paru pada
Pekerja Dipo Lokomotif,” Higeia Journal
of Public Health Research and
Development, 2(1), hal. 84–94.
Mori, S., Koga, Y. dan Sugimoto, M. (2012)
“Different risk factors between interstitial
lung disease and airway disease in
rheumatoid arthritis,” Respiratory
Medicine. Elsevier Ltd, 106(11), hal. 1591–
doi: 10.1016/j.rmed.2012.07.006.
Peghin, M. et al. (2019) “Community-Acquired
Respiratory Viruses Are a Risk Factor for
Chronic Lung Allograft Dysfunction,”
Clinical Infectious Diseases, 69(7), hal.
–1197. doi: 10.1093/cid/ciy1047.
Pencheva, V. P. et al. (2015) “Risk Factors For Lung
Diseases After Renal Transplantation,”
Journal of Research in Medical Sciences,
(12), hal. 1127–1132. doi: 10.4103/1735-
172978.
Politon, F. V. M. dan Christine (2020) “Faktor
Risiko Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja
Bengkel Pengecatan Mobil Di Kota Palu,”
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan, 12(1),
hal. 28–33. doi: 10.33860/jik.v12i1.11.
Prasetio, D. B. dan Mustika, S. W. (2017)
“Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja
Tambal Ban di Pinggiran Jalan Kota
Semarang,” Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 12(2), hal. 33–38.
Premana, P. M. I. dan Griandhi, I. P. A. (2017)
“Prevalensi Gangguan Fungsi Paru Akibat
Paparan Asap Pada Pedagang Sate di
Denpasar,” E-Jurnal Medika, 6(6), hal. 1–
Tersedia pada: ojs.unud.ac.id.
Rismandha, R., Disrinima, A. M. dan Dewi, T. U.
(2017) “Analisis Pengaruh Faktor-Faktor
Risiko Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja
Area Produksi Industri Kayu,” Proceeding
st Conference on Safety Engineering and
Its Application, 1(1), hal. 199–204.
Wijaksana, I. G. B. B. dan Muliarta, I. M. (2015)
“Gambaran Dan Analisis Faktor Risiko
Gangguan Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja
Pengecat Spray Mobil di Daerah Gatsu
Timur Denpasar, Bali,” E-Jurnal Medika
Udayana, 4(11)