STRATEGI MENGURANGI KETIDAKPASTIAN INFORMASI PASCA BENCANA ALAM PADA ANAK PERANTAUAN ASAL PALU, SIGI DAN DONGGALA YANG TINGGAL DI JAKARTA

Authors

  • Donal Adrian

DOI:

https://doi.org/10.33822/jep.v3i1.1469

Keywords:

anak perantauan, bencana alam, ketidakpastian informasi

Abstract

PenPenelitian ini bertujuan (a) untuk mengenalisis dan mendeskripsikan strategi anak perantauan asal Palu, Sigi dan Donggala yang tinggal di Jakarta dalam mengurangi ketidakpastian informasi saat bencana alam terjadi dan (b) untuk mengenalisis dan mendeskripsikan tindakan komnikasi anak perantauan asal Palu, Sigi dan Donggala yang tinggal di Jakarta untuk membantu keluarga dan korban bencana alam lainnya. Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan infroman menggunakan snowball sampling. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam (Indepth Interview) dan observasi langsung. Analisis data menggunakan cara pandang menurut Miles dan Huberman (1992: 1-2) bahwa terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu : reduksi data, penyajian data,dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa strategi yang dilakukan oleh anak perantauan asal Kota Palu, Sigi dan Donggala yang tinggal di Jakarta yaitu (1) hanya menyaksikan pemberitaan melalui media massa dan media online, tanpa melakukan komunikasi secara langsung kepada pihak keluarga di Kota Palu, Sigi dan Donggala saat gempa awal terjadi dipukul 15.00 WITA, (2) saat bencana gempa, tsunami dan likuifaksi terjadi pukul 18.00 WITA, anak perantauan menghubungi keluarga yang tinggal dekat di daerah Sulawesi Tengah seperti Kabupaten Luwuk, Parigi Moutong, Poso, Morowali, Toli-Toli dan lain-lain. Sedangkan untuk provinsi terdekat seperti Makassar, Manado, Pasangkayu dan Balikpapan. Tujuannya untuk mengetahui kondisi korban bencana. Strategi ke (3) jaringan komunikasi yang membaik membuat proses penyampaian pesan menjadi efektif seperti menanyakan kondisi diri korban dan memberikan semangat hidup, serta melakukan komunikasi timbal balik melalui curahan hati yang disampaikan oleh korban terhadap anak perantauan terkait dengan perjuangan untuk bisa selamat dari bencana, berjuangan mencari keluarga yang belum ditemukan dan berjuang melawan rasa trauma.elitian ini anak perantauan, bencana alam, ketidakpastian informasi(a) unfdagknagnfnafgtuk mengenalisis dan mendeskripsikan strategi anakperantauan asal Palu, Sigi dan Donggala yang tinggal di Jakarta dalam mengurangi ketidakpastian informasi saat bencana alam terjadi dan (b) untuk mengenalisis dan mendeskripsikan tindakan komnikasi anak perantauan asal Palu, Sigi dan Donggala yang tinggal di Jakarta untuk membantu keluarga dan korban bencana alam lainnya. Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan infroman menggunakan snowball sampling. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam (Indepth Interview) dan observasi langsung. Analisis data menggunakan cara pandang menurut Miles dan Huberman (1992: 1-2) bahwa terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu : reduksi data, penyajian data,dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa strategi yang dilakukan oleh anak perantauan asal Kota Palu, Sigi dan Donggala yang tinggal di Jakarta yaitu (1) hanya menyaksikan pemberitaan melalui media massa dan media online, tanpa melakukan komunikasi secara langsung kepada pihak keluarga di Kota Palu, Sigi dan Donggala saat gempa awal terjadi dipukul 15.00 WITA, (2) saat bencana gempa, tsunami dan likuifaksi terjadi pukul 18.00 WITA, anak perantauan menghubungi keluarga yang tinggal dekat di daerah Sulawesi Tengah seperti Kabupaten Luwuk, Parigi Moutong, Poso, Morowali, Toli-Toli dan lain- lain. Sedangkan untuk provinsi terdekat seperti Makassar, Manado, Pasangkayu dan Balikpapan. Tujuannya untuk mengetahui kondisi korban bencana. Strategi ke (3) jaringan komunikasi yang membaik membuat proses penyampaian pesan menjadi efektif seperti menanyakan kondisi diri korban dan memberikan semangat hidup, serta melakukan komunikasi timbal balik melalui curahan hati yang disampaikan oleh korban terhadap anak perantauan terkait dengan perjuangan untuk bisa selamat dari bencana, berjuangan mencari keluarga yang belum ditemukan dan berjuang melawan rasa trauma.

Published

2020-01-31

Issue

Section

Artikel