SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN BALITA STUNTING DI DEPOK

Authors

  • Susiana Jansen Fakultas Ilmu Kesehatan, UPN "Veteran" Jakarta, Pondok Labu, Jakarta Selatan
  • Lusyta Puri Ardhiyanti Fakultas Ilmu Kesehatan, UPN "Veteran" Jakarta, Pondok Labu, Jakarta Selatan
  • Marina Ery Setiyawati Fakultas Ilmu Kesehatan, UPN "Veteran" Jakarta, Pondok Labu, Jakarta Selatan

Abstract

Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Stunting yang merupakan masalah kurang gizi kronis ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Anak yang mengalami gizi kronis ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Indonesia menempati urutan kedua di Asia Tenggara dan keempat dunia dengan beban anak yang mengalami stunting. Tujuan penelitian ini adalah Di ketahuinya hubungan sosial ekonomi dengan kejadian stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tugu. Penelitian ini dilaksanakan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tugu mulai tanggal 8 november sampai dengan 8 november 2023. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 49 responden yaitu orang tua balita yang mengalami stunting. Hubungan pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Berdasarkan nilai hasil uji Chi-Square maka diketahui bahwa nilai p = 0.003 dimana p <α 0.05. Maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan Pendidikan ibu dengan Tinggi badan balita usia 2-5 tahun Hubungan penghasilan orang tua dengan kejadian stunting. Hubungan penghasilan dan kejadian stunting, Berdasarkan nilai hasil uji Chi-Square maka diketahui bahwa nilai p = 0.024 dimana p <α 0.05. maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan Penghasilan orang tua dengan Tinggi badan balita usia 2-5 tahun. Kesimpulan meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi berakibat pada rendahnya anggaran untuk belanja pangan dan mutu serta keanekaragaman makanan yang kurang. Keluarga lebih banyak membeli barang karena pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari.Apabila penghasilan keluarga meningkat, penyediaan lauk pauk akan meningkat mutunya. Sebaliknya, penghasilan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula, sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan.

Author Biography

Susiana Jansen, Fakultas Ilmu Kesehatan, UPN "Veteran" Jakarta, Pondok Labu, Jakarta Selatan

Pediatric Nursing

Downloads

Published

2025-07-18