METODE DAKWAH IRD BATIK MOTIF WALISONGO SEBAGAI MEDIA DAKWAH APLIKATIF

Authors

  • Mapinda Puspasari 1rogram Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Ibn Khaldun Bogor
  • Syarifah Gustiawati Mukri Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Ibn Khaldun Bogor
  • Retno Triwoelandari Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Agama Islam, Universitas Ibn Khaldun Bogor

DOI:

https://doi.org/10.33822/gk.v4i1.2640

Abstract

Sebagai seorang Muslim kita wajib meneruskan risalah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW yaitu dakwah, yang mana merupakan suatu kewajiban setiap muslim. Dakwah adalah suatu aktivitas yang mulia dimana setiap muslim dapat melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Dalam dakwah memerlukan sebuah metode, metode dakwah merupakan proses penyampaian atau cara-cara tertentu yang dilakukan seorang da’i kepada mad’u. Kemudian selain adanya metode dalam dakwah terdapat sebuah media dakwah yaitu sebagai alat/sarana agar pesan dakwah dapat tersampaikan kepada mad’u sehingga tujuan dakwah yang hakiki yakni membentuk khairul ummah dapat terwujud. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan Metode dakwah yang digunakan IRD Batik pada motif Walisongo sebagai media dakwah aplikatif. Dalam skripsi ini akan dibahas permasalahan bagaimana sebuah metode dakwah yang digunakan IRD Batik  pada motif Walisongo (Sunan Ampel, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga) dan aplikasi dakwah IRD Batik motif Walisongo (Sunan Ampel, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga) sebagai media dakwah aplikatif. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan kata-kata dari orang yang diamati. teknik pengumpulan data yang digunakan yakni dengan observasi, teknik wawancara secara langsung pada narasumber terpercaya, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa metode dakwah yang digunakan IRD Batik dengan cara merekonstruksi kembali karya dan sejarah dakwah Walisongo melalui motif batik tidak dapat dikatakan sebagai media dakwah aplikatif. Karena visual pada motif batik tidak mengkomunikasikan pesan dakwah, sehingga nilai pada motif hanya menggambarkan karya ulama dan sejarah Walisongo dalam dakwah. Nilai dakwah yang menjadi pesan terpenting dalam motif tidak tersampaikan

Kata Kunci : Metode dakwah, Media dakwah, Dakwah aplikatif, Batik, Walisongo

References

REFERENSI

Abdullah. (2018). Ilmu Dakwah. Depok: Rajawali Press.

Aziz, M. A. (2004). Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana.

Ibrahim. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Indriya, & Zahrotunimah. (2017). Batik sebagai Media Dakwah dan Pendidikan KArakter Berbasis Kearifan Lokal. Askopis, 1, 4.

Jagad, S. (2018). Batik Ragam Hias Kawung Sebagai Batik Yogyakarta. Yogyakarta: Paguyuban Pecinta Batik Indonesia.

Moleong, L. J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif (36 ed.). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munir, M., & Ilaihi, W. (2006). Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana Prena Media Group.

Pujileksono, S. (2016). Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang: Intrans.

Sagir, A. (2015). Dakwah Bil Hal: Prospek Dan Tantangan Da’i. Alhadharah, 14.

Sugiarto, F. (2020). WAWASAN AL- QUR’AN TENTANG METODE

DAKWAH DALAM ISLAM (Perspektif Pemikiran Quraish Shihab, Buya Hamka, dan Sayyid Quthb). Ejurnal Binawakya, 14(7).

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, A. (2016). Atlas Walisongo. Tangerang: Pustaka Ilman.

Supriono, P. (2016). Ensiklopedia The Heritage of Batik. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Winengan. (2018). Seni Mengelola Dakwah. Mataram: Pusat Penelitian dan Pblikasi Ilmiah.

Downloads

Published

2021-03-11